Tak seorangpun ingin dilahirkan sebagai seorang gay.
Saya tidak pernah tau secara pasti kapan saya menyadari diri saya adalah seorang gay.
Yang saya ingat, saat usia saya 4 tahun saya pernah tertarik dengan seorang host di acara televisi yang tampangnya indo dengan badan tinggi kekar. Ini membuat saya tidak habis pikir, kenapa sebagian orang bilang kalau gay itu adalah pilihan atau lifestyle. Mereka gak tau gimana rasanya hidup menjadi seorang gay, makanya mereka seenak kepalanya aja ngomong kalau gay itu adalah pilihan atau lifestyle. Bagaimana mungkin seorang anak berusia 4 tahun memilih orientasi seksualnya. Bagaimana mungkin anak 4 tahun mengerti akan lifestyle. Ya gak? Aku yakin semua gay setuju dengan pendapat saya. Gay itu bukan pilihan, bukan juga life style, tapi itu adalah sebuah takdir yang tidak bisa dirubah.
Saya punya banyak kenalan yang gay, walau saya nggak pernah secara gamblang bilang mereka gay, tapi saya bisa membaca dari tingkah laku mereka. Saya juga tidak pernah bilang pada mereka kalau saya gay. Semua serba pura-pura, emang dunia ini gila! Saya kadang gak habis pikir kenapa tuhan harus menjadikan laki-laki yang menyukai laki-laki. Bukankah akan lebih indah jika semua orang diciptakan dalam keadaan normal sehingga semua orang bisa menyicip bagaimana rasanya mencintai dan dicintai sekaligus. Bukan mencintai saja, bukan dicintai saja. Seperti yang terjadi pada kebanyakan gay.
Saya juga heran bagaimana sebuah ormas agama menyatakan bahwa gay adalah perbuatan laknat yang dikutuk agama. Gay adalah penyakit. Saya sedih banget ngeliatnya. Bahkan kadang saya suka nangis sendiri malem-malem kenapa saya harus menjadi orang yang dibenci orang banyak padahal saya tidak pernah melakukan sesuatu yang salah. Apakah saya minta sama tuhan saya diciptakan begini? Apakah saya minta? TIDAK! Pada kenyataannya saya yakin tak ada seorangpun gay yang ingin dilahirkan sebagai seorang penyuka sesama jenis. Jika disuruh pilih, pasti kita semua akan memilih menjadi lelaki seutuhnya, atau wanita seutuhnya. Gak setengah-setengah begini.
Untuk masalah gay adalah penyakit, saya akan sedikit berargumen. Jika gay sebuah penyakit, tentu saja bisa disembuhkan. Tapi coba kita lihat, adakah gay yang sembuh dari ketertarikannya dengan sesama jenisnya? Nggak! Kalo ada-pun saya yakin itu cuma akal-akalannya aja. Munafik. Menipu banyak orang bahkan menipu dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa jujur pada orang lain, sedangkan dengan hati kecil sendiri kita berbohong. Apakah memang semua gay ditakdirkan untuk hidup dengan kebohongan dan kesedihan seumur hidupnya? Sungguh saya tidak ingin lama-lama dengan kondisi seperti ini. Saya lebih baik mati sekarang daripada saya harus berbohong dengan semua orang dan berbohong dengan hati nurani saya sendiri.
Saya kadang tak mengerti kenapa hidup saya begini. Jika mereka pikir saya tidak pernah mencoba menjadi apa yang menurut pandangan mereka ‘normal’. Mencintai wanita. Saya pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita. Bagi saya, bukan hal yang susah untuk mendapatkan wanita, bahkan yang cantik sekalipun. Saya disini bicara apa adanya, saya nggak bakal bohong bahkan satu kata-pun. Untuk ukuran pria, saya ini bisa dibilang tampan. Untuk jadi cover majalah remaja-pun sebenarnya bisa. Kulit saya putih. Hidung saya mancung. Mata saya coklat. Tinggi saya 174cm, walaupun agak sedikit kurus. Saya saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu sekolah militer. yeah, wanita mana yang gak mau dengan pria tampan dengan pakaian seragamnya yang gagah begini. Tapi apakah anda pikir saya bisa mencintai wanita-wanita itu. NGGAK! Walaupun saya udah berusaha mati-matian untuk mencintai wanita-wanita cantik itu, saya nggak pernah merasakan apa yang saya rasakan saat saya jatuh cinta dengan salah satu temen pria saya disini (walaupun saya tau dia tidak akan pernah mencintai saya). Saya merasa seorang penipu ulung saat saya mencium pacar-pacar wanita saya. Saya merasa terbebani. Itulah kenapa, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi single lagi. Saya memutuskan hubungan dengan wanita yang dua tahun saya pacari, yang dulu waktu kami di SMA, ia gadis yang disukai oleh 90% pria di SMA saya. Saya sangat sedih sebenarnya memutuskan hubungan kami, sampai wanita itu berusaha bunuh diri karena tidak sanggup menahan kesedihan. Tapi menurut saya, lebih baik menyakitinya sekarang, daripada suatu hari nanti dia akan tersakiti lebih dalam saat mengetahui lelaki yang ia cintai bertahun-tahun adalah seorang gay. Saya tidak mampu berbohong lagi. Saya kasihan dia, saya juga kasihan diri saya.
Saya tidak tahu sampai kapan saya bisa bertahan dengan kebohongan-kebohongan ini. Saya tidak tahu sampai kapan saya bisa menahan perasaan cinta kepada salah satu teman laki-laki saya di sekolah militer ini, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kedepannya, saya tidak mengerti apa sebenarnya menjadikan saya seperti ini.
Saya sungguh-sungguh ingin hidup seperti apa yang menurut orang banyak adalah normal.
Tolong tuhan, tolong saya, sekali ini saja.
-vincent george antonio ginting