Jumat, 26 November 2010

noone wants to be born as gay

Tak seorangpun ingin dilahirkan sebagai seorang gay.

Saya tidak pernah tau secara pasti kapan saya menyadari diri saya adalah seorang gay.
Yang saya ingat, saat usia saya 4 tahun saya pernah tertarik dengan seorang host di acara televisi yang tampangnya indo dengan badan tinggi kekar. Ini membuat saya tidak habis pikir, kenapa sebagian orang bilang kalau gay itu adalah pilihan atau lifestyle. Mereka gak tau gimana rasanya hidup menjadi seorang gay, makanya mereka seenak kepalanya aja ngomong kalau gay itu adalah pilihan atau lifestyle. Bagaimana mungkin seorang anak berusia 4 tahun memilih orientasi seksualnya. Bagaimana mungkin anak 4 tahun mengerti akan lifestyle. Ya gak? Aku yakin semua gay setuju dengan pendapat saya. Gay itu bukan pilihan, bukan juga life style, tapi itu adalah sebuah takdir yang tidak bisa dirubah.

Saya punya banyak kenalan yang gay, walau saya nggak pernah secara gamblang bilang mereka gay, tapi saya bisa membaca dari tingkah laku mereka. Saya juga  tidak pernah bilang pada mereka kalau saya gay. Semua serba pura-pura, emang dunia ini gila! Saya kadang gak habis pikir kenapa tuhan harus menjadikan laki-laki yang menyukai laki-laki. Bukankah akan lebih indah jika semua orang diciptakan dalam keadaan normal sehingga semua orang bisa menyicip bagaimana rasanya mencintai dan dicintai sekaligus. Bukan mencintai saja, bukan dicintai saja. Seperti yang terjadi pada kebanyakan gay.

Saya juga heran bagaimana sebuah ormas agama menyatakan bahwa gay adalah perbuatan laknat yang dikutuk agama. Gay adalah penyakit. Saya sedih banget ngeliatnya. Bahkan kadang saya suka nangis sendiri malem-malem kenapa saya harus menjadi orang yang dibenci orang banyak padahal saya tidak pernah melakukan sesuatu yang salah. Apakah saya minta sama tuhan saya diciptakan begini? Apakah saya minta? TIDAK! Pada kenyataannya saya yakin tak ada seorangpun gay yang ingin dilahirkan sebagai seorang penyuka sesama jenis. Jika disuruh pilih, pasti kita semua akan memilih menjadi lelaki seutuhnya, atau wanita seutuhnya. Gak setengah-setengah begini.

Untuk masalah gay adalah penyakit, saya akan sedikit berargumen. Jika gay sebuah penyakit, tentu saja bisa disembuhkan. Tapi coba kita lihat, adakah gay yang sembuh dari ketertarikannya dengan sesama jenisnya? Nggak! Kalo ada-pun saya yakin itu cuma akal-akalannya aja. Munafik. Menipu banyak orang bahkan menipu dirinya sendiri. Bagaimana kita bisa jujur pada orang lain, sedangkan dengan hati kecil sendiri kita berbohong. Apakah memang semua gay ditakdirkan untuk hidup dengan kebohongan dan kesedihan seumur hidupnya? Sungguh saya tidak ingin lama-lama dengan kondisi seperti ini. Saya lebih baik mati sekarang daripada saya harus berbohong dengan semua orang dan berbohong dengan hati nurani saya sendiri.

Saya kadang tak mengerti kenapa hidup saya begini. Jika mereka pikir saya tidak pernah mencoba menjadi apa yang menurut pandangan mereka ‘normal’. Mencintai wanita. Saya pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan wanita. Bagi saya, bukan hal yang susah untuk mendapatkan wanita, bahkan yang cantik sekalipun. Saya disini bicara apa adanya, saya nggak bakal bohong bahkan satu kata-pun. Untuk ukuran pria, saya ini bisa dibilang tampan. Untuk jadi cover majalah remaja-pun sebenarnya bisa. Kulit saya putih. Hidung saya mancung. Mata saya coklat. Tinggi saya 174cm, walaupun agak sedikit kurus. Saya saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu sekolah militer. yeah, wanita mana yang gak mau dengan pria tampan dengan pakaian seragamnya yang gagah begini. Tapi apakah anda pikir saya bisa mencintai wanita-wanita itu. NGGAK! Walaupun saya udah berusaha mati-matian untuk mencintai wanita-wanita cantik itu, saya nggak pernah merasakan apa yang saya rasakan saat saya jatuh cinta dengan salah satu temen pria saya disini (walaupun saya tau dia tidak akan pernah mencintai saya). Saya merasa seorang penipu ulung saat saya mencium pacar-pacar wanita saya. Saya merasa terbebani. Itulah kenapa, saya akhirnya memutuskan untuk menjadi single lagi. Saya memutuskan hubungan dengan wanita yang dua tahun saya pacari, yang dulu waktu kami di SMA, ia gadis yang disukai oleh 90% pria di SMA saya. Saya sangat sedih sebenarnya memutuskan hubungan kami, sampai wanita itu berusaha bunuh diri karena tidak sanggup menahan kesedihan. Tapi menurut saya, lebih baik menyakitinya sekarang, daripada suatu hari nanti dia akan tersakiti lebih dalam saat mengetahui lelaki yang ia cintai bertahun-tahun adalah seorang gay. Saya tidak mampu berbohong lagi. Saya kasihan dia, saya juga kasihan diri saya.

Saya tidak tahu sampai kapan saya bisa bertahan dengan kebohongan-kebohongan ini. Saya tidak tahu sampai kapan saya bisa menahan perasaan cinta kepada salah satu teman laki-laki saya di sekolah militer ini, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kedepannya, saya tidak mengerti apa sebenarnya menjadikan saya seperti ini.

Saya sungguh-sungguh ingin hidup seperti apa yang menurut orang banyak adalah normal.
Tolong tuhan, tolong saya, sekali ini saja.

-vincent george antonio ginting
Kamis, 25 November 2010

yes, im gay, and im not afraid

Mungkin anda tidak tau siapa saya. Saya ini Cuma satu dari jutaan orang yang lahir dengan ketidaksempurnaan. Saya orang yang hidup penuh dengan kebingungan. Saya orang yang hidup tanpa sebuah masa depan. Saya orang yang hanya bisa menangisi diri saya. Saya orang yang tidak bisa mengendalikan otak dan hati sendiri. Saya orang yang berdoa tiap hari, namun kini telah mulai lelah dengan usaha itu. Saya orang yang benar-benar di ambang keputusasaan.

Dua puluh satu tahun saya hidup dengan ketidakjelasan. Jauh di dalam lubuk hati saya, saya ingin semuanya segera berakhir. Saya tidak tahan lagi setiap hari harus berperang dengan diri saya. Mencoba menjadi apa yang saya tidak bisa. Terus mencoba dan mencoba, walau kegagalan sudah seperti teman baik saya. Saya sudah letih menangis setiap hari, berdoa, mengadahkan tangan pada tuhan, berharap ia bisa mendengarkan saya walau satu kali saja. Tapi ternyata dia tidak peduli dengan saya. Saya takkan berharap lagi padaNya. Tidak akan pernah lagi.

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak airmata yang jatuh. Saya letih dengan semua ini, sungguh sebenarnya saya tidak sanggup. Saya pernah berpikir untuk mengakhiri hidup saya. Hingga tak ada lagi penderitaan yang berkepanjangan. Agar tak ada lagi kekecewaan akan keadilan tuhan. Saya selalu merasa hidup ini tak berguna, apalagi ketika godaan itu datang dan saya tak kuasa menahannya. Saya coba berpaling, tapi apakah saya juga harus membohongi diri saya setelah lebih dua puluh satu tahun saya membohongi semua orang disekitar saya. Bertingkahlaku seolah semuanya baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak. No, saya sudah cukup letih berpura-pura. Saya letih memainkan peran dalam sandiwara yang luar biasa besar garapan tuhan ini. I’m quit god. Saya ingin melepaskan topeng ini, saya ingin tunjukkan pada semua orang siapa saya.

Disini saya akan coba sedikit bercerita tentang hidup saya. Hidup yang penuh ketidakjelasan dan kecemasan akan masa depan yang buram. Saya ingin menceritakan kisah-kisah hidup saya yang menyebalkan dan ketidakadilan tuhan pada saya. Saya akan ceritakan, bahwa sebenarnya ini bukan sebuah pilihan. Ini suatu takdir yang tidak bisa saya sanggah atau saya belot. Saya akan ceritakan bagaimana dua puluh satu tahun saya mencoba memerangi diri saya, mencoba menjauhkan diri dari segala godaan. Mencoba mengakhiri namun tetap pada jalan yang sama dan samasekali tidak ada pilihan. Saya akan ceritakan bagaimana saya mencintai seseorang namun tidak pernah diberi kesempatan sama seperti orang lain untuk mencintai.

Saya akan ceritakan kalau saya itu sebenarnya saya itu satu dari jutaan penyuka sesama jenis di dunia ini yang tidak pernah mendapatkan keadilan dari tuhan. Yang tidak pernah dapat mencintai orang yang saya cintai sama seperti kebanyakan orang di dunia ini.

Yes, im a gay, and im not afraid.

-vincent george antonio ginting.
 

Blog Template by YummyLolly.com